Pengertian Kebijakan Fiskal Kontraktif, Tujuan, Cara Kerja, Kekurangan, dan Contohnya
Kebijakan Fiskal Kontraktif |
A. Pengertian Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kebijakan fiskal kontraktif adalah suatu bentuk kebijakan fiskal yang melibatkan kenaikan pajak, pengurangan pengeluaran pemerintah atau kombinasi keduanya. Kebijakan satu ini memiliki tujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat atau memperlambat pertumbuhan ekonomi sekaligus membasmi inflasi yang mungkin terjadi di suatu negara. Di mana dalam jangka panjang dampak dari inflasi sama buruknya dengan resesi ekonomi.
Kebijakan fiskal kontraktif dilakukan saat kondisi perekonomian mengalami tekanan inflasi yang tinggi. Juga dilakukan saat terjadi gelembung aset (bubble economy), di mana harga-harga barang mencapai nilai yang sangat tinggi sehingga tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat. Bisa dikatakan, kebijakan satu ini sangat jarang digunakan karena memiliki dampak jangka panjang yang bisa merusak standar hidup masyarakat akibat resesi.
B. Tujuan Kebijakan Fiskal Kontraktif
Tujuan kebijakan fiskal kontraktif adalah untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang sehat. Di mana pertumbuhan ekonomi yang tidak terkendali akan menciptakan setidaknya empat konsekuensi negatif.
1. Pertumbuhan ekonomi tinggi adalah salah satu faktor penyebab inflasi
Pertumbuhan ekonomi yang tidak terkendali menyebabkan harga naik terlalu cepat, termasuk harga makanan, pakaian, perumahan, dan kebutuhan lainnya. Harga yang lebih tinggi dengan cepat menguras tabungan masyarakat sehingga menurunkan standar hidup. Kebijakan fiskal kontraktif bisa menekan laju inflasi.
2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menaikkan harga dalam investasi
Kondisi ini disebut gelembung aset. Gelembung aset bisa terjadi di banyak komoditas, seperti saham, emas, property dan lain-lain. Salah satu contoh gelembung aset yang menghancurkan perekonomian adalah gelembung aset perumahan yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2006.
Biaya perumahan menjadi tidak terjangkau bagi kebanyakan rakyat. Penyebabnya salah satunya adalah Bank menurunkan persyaratan kredit perumahan untuk memacu pertumbuhan sektor property, akibatnya terjadi krisis ekonomi pada tahun 2008.
3. Pertumbuhan ekonomi ini tidak berkelanjutan
Pertumbuhan yang terlalu tinggi bisa menyebabkan resesi, terutama jika disertai gelembung aset. Sayangnya, resesi adalah bagian dari siklus bisnis.
4. Pertumbuhan ekonomi tinggi akan menurunkan pengangguran.
Jika tingkat pengangguran berada di bawah tingkat pengangguran alami, maka bisa berakibat buruk. Perusahaan akan sulit mencari pekerja untuk memenuhi permintaan pasar. Hal ini memperlambat pertumbuhan dari sisi produksi.
C. Cara Kerja Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kebijakan fiskal kontraktif mengakibatkan masyarakat memiliki lebih sedikit uang sehingga menurunkan daya beli. Pemerintah menggunakan dua cara yaitu, memotong pengeluaran pemerintah dan menaikkan tarif pajak.
Pemotongan pengeluaran pemerintah, misalnya, dengan mengurangi/menghapus subsidi, mengurangi program kesejahteraan, menunda/membatalkan proyek-proyek pembangunan, pemotongan tunjangan pegawai negeri, dan lain-lain.
Semua langkah itu bertujuan menekan permintaan. Kebijakan-kebijakan itu bisa menurunkan pengeluaran konsumen, yang menggerakkan hampir 70 persen perekonomian.
Menaikkan pajak perusahaan membuat laba bisnis menurun. Jika laba turun terlalu dalam, bisa memaksa perusahaan untuk mengurangi investasi. Investasi yang berkurang akan menekan laju pertumbuhan ekonomi.
D. Kekurangan Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kekurangan kebijakan fiskal kontraktif sebenarnya lebih pada sisi politis daripada pertimbangan ekonomi. Pejabat pemegang kebijakan (politisi) jarang menggunakan kebijakan fiskal kontraktif karena sudah pasti rakyat tidak suka kenaikan pajak.
Rakyat juga pasti tidak menyukai penurunan manfaat yang disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran pemerintah, misal penghapusan subsidi BBM. Jika para politisi mengambil risiko ini, akibatnya mereka akan mengalami penurunan popularitas di kalangan pemilih.
Tidak beraninya para politisi menerapkan kebijakan fiskal kontraktif bisa berakibat pada naiknya defisit anggaran pemerintah. Bagaimana pun, jika pengeluaran pemerintah besar, namun pendapatan berkurang maka pemerintah akan mengalami kesulitan.
Untuk menutup defisit anggaran, pemerintah umumnya akan menambah hutang. Akibatnya hutang negara terus naik.
E. Contoh Kebijakan Fiskal Kontraktif
Seperti dijelaskan di atas, terdapat dua instrumen kebijakan fiskal kontraktif yang sering dilakukan pemerintah. Yaitu, menaikan pajak dan memotong pengeluaran pemerintah. Kedua kebijakan ini dimaksudkan untuk menurunkan permintaan agregat.
Tujuannya adalah untuk menyelamatkan perekonomian dari tekanan inflasi yang tinggi. Juga mencegah terjadinya gelembung aset (bubble economy). Di bawah ini adalah contoh penerapan kebijakan fiskal kontraktif :
Negara A memiliki tingkat inflasi 7% dibandingkan dengan rata-rata historis 3%, tingkat pengangguran 2% dibandingkan dengan tingkat pengangguran alami 4%, defisit anggaran 5% dan tingkat pertumbuhan PDB 6% dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3%.
Negara B di sisi lain memiliki inflasi 1%, pengangguran 8% dibandingkan dengan rata-rata historis 4%, surplus anggaran 4% dan tingkat pertumbuhan PDB 1,5%. Pertanyaannya, negara mana yang kemungkinan besar akan menerapkan kebijakan fiskal kontraktif?
Inflasi tinggi, tingkat pengangguran rendah (relatif terhadap tingkat pengangguran alami), defisit anggaran, dan tingkat pertumbuhan PDB tinggi menunjukkan bahwa negara A menghadapi tekanan inflasi. Kondisi ini bisa memaksa pemerintah negara A untuk menerapkan kebijakan fiskal kontraktif.
Negara A bisa melakukannya dengan meningkatkan pajak, mengurangi pengeluaran pemerintah atau kombinasi keduanya. Kebijakan-kebijakan ini akan mengurangi defisit anggaran, mengerem tingkat pertumbuhan ekonomi, menurunkan inflasi dan meningkatkan tingkat pengangguran.
Negara B di sisi lain, menghadapi tekanan resesi sehingga kebijakan fiskal kontraktif hanya akan memperburuk perekonomiannya.
Sumber: https://www.katamasa.com dan https://www.jojonomic.com
Post a Comment